Definisi Perdarahan bisa terjadi dimana saja di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah,tetapi gejala bisa juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu.
Penyebab Penyebab perdarahan pada saluran pencernaan : 1. Kerangkongan a. Robekan jaringan b. Kangker 2. Lambung a. Luka kanker atau non-kanker b. Iritasi (gastritis) karena aspirin atau Helicobacter pylori 3. Usus halus a. Luka usus dua belas jari non-kanker b. Tumor ganas atau jinak 4. Usus besar a. Kanker b. Polip non-kanker c. Penyakit peradangan usus (penyakit Crohn atau kolitis ulserativa) d. Penyakit divertikulum e. Pembuluh darah abnormal di dinding usus (angiodisplasia) 5. Rektum a. Kanker b. Polip non-kanker 6. Anus a. Hemoroid b. Robekan di anus (fisura anus)
Gejala Gejalanya bisa berupa: 1. muntah darah (hematemesis) 2. mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena) 3. mengeluarkan darah dari rektum (hematoskezia)
Tinja yang kehitaman biasanya merupakan akibat dari perdarahan di saluran pencernaan bagian atas, misalnya lambung atau usus dua belas jari. Warna hitam terjadi karena darah tercemar oleh asam lambung dan oleh pencernaan kuman selama beberapa jam sebelum keluar dari tubuh. Sekitar 200 gram darah dapat menghasilkan tinja yang berwarna kehitaman.
Penderita dengan perdarahan jangka panjang, bisa menunjukkan gejala-gejala anemia, seperti mudah lelah, terlihat pucat, nyeri dada dan pusing. Jika terdapat gejala-gejala tersebut, dokter bisa mengetahui adanya penurunan abnormal tekanan darah, pada saat penderita berdiri setelah sebelumnya berbaring.
Gejala yang menunjukan adanya kehilangan darah yang serius adalah denyut nadi yang cepat, tekanan darah rendah dan berkurangnya pembentukan air kemih. Tangan dan kaki penderita juga akan teraba dingin dan basah. Berkurangnya aliran darah ke otak karena kehilangan darah, bisa menyebabkan bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan bahkan syok.
Gejala kehilangan darah yang serius bisa berbeda-beda, tergantung pada apakah penderita memiliki penyakit tertentu lainnya. Penderita dengan penyakit arteri koroner bisa tiba-tiba mengalami angina (nyeri dada) atau gejala-gejala dari suatu serangan jantung. Pada penderita perdarahan saluran pencernaan yang serius, gejala dari penyakit lainnya, seperti gagal jantung, tekanan darah tinggi, penyakit paru-paru dan gagal ginjal, bisa bertmbah buruk. Pada penderita penyakit hati, perdarahan ke dalam usus bisa menyebabkan pembentukan racun yang akan menimbulkan gejala seperti perubahan kepribadian, perubahan kesiagaan dan perubahan kemampuan mental (ensefalopati hepatik).
Diagnosa Adanya kehilangan darah yang serius, menyebabkan hasil pemeriksaan hematokrit menunjukkan konsentrasi sel darah merah yang rendah.
Penyebab perdarahan bisa ditentukan dari gejala yang timbul. Nyeri perut karena makanan atau obat antasid, disebabkan oleh tukak lambung (ulkus gastrikum), dan perdarahan pada tukak sering tidak menimbulkan nyeri. Obat-obatan yang bisa merusak dinding lambung, seperti aspirin, bisa menyebabkan perdarahan lambung berupa ditemukannya darah dalam tinja.
Penderita perdarahan saluran pencernaan yang sebabnya tidak diketahui, dengan nafsu makan yang berkurang disertai penurunan berat badan, sebaiknya menjalani pemeriksaan untuk kemungkinan adanya kanker. Bila terdapat kesulitan menelan, diperiksa kemungkinan adanya kanker kerongkongan atau penyempitan kerongkongan. Diduga adanya sobekan di kerongkongan bila timbul muntah yang sangat kuat tepat sebelum terjadinya perdarahan. Sembelit atau diare yang menyertai perdarahan atau perdarahan yang tersembunyi dalam tinja, mungkin disebabkan oleh kanker atau polip pada usus bagian bawah, terutama pada penderita yang berusia diatas 45 tahun. Darah segar di permukaan tinja, bisa berasal dari wasir atau kanker rektum.
Pemeriksaan ditujukan untuk menemukan sumber perdarahannya. Pada permeriksaan rektum, dicari adanya wasir, robekaan rektum (fisura) dan tumor. Kemudian pemeriksaan dipilih berdasarkan pada apakah perdarahan ini dicurigai berasal dari saluran pencernaan bagian atas (kerongkongan, lambung, dan usus duabelas jari) atau saluran pencernaan bagian bawah (usus halus bagian bawah, usus besar, rektum dan anus).
Pada awalnya, kelainan pada saluran pencernaan bagian atas, biasanya diperiksa dengan memasukkan tabung melalui hidung, menuju ke lambung dan mengeluarkan cairannya. Cairan lambung yang seperti kopi disebabkan oleh pencernaan darah parsial, dan menunjukan bahwa perdarahannya lambat dan telah berhenti. Darah yang berwarna merah terang dan terus menerus, menunjukan perdarahan yang aktif dan berat.
Selanjutnya endoskopi sering digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung dan usus dua belas jari, dan menemukan sumber perdarahannya. Jika tidak ditemukan gastritis atau tukak pada lambung maupun usus dua belas jari, bisa dilakukan biopsi. Biopsi dapat menentukan apakah perdarahannya berasal dari infeksi kuman Helicobacter pylori. Infeksi yang ditemukan lalu diobati biasanya akan membaik bila diberikan antibiotik.
Rontgen dengan barium enema atau endoskopi dilakukan untuk mencari polip dan kanker pada saluran pencernaan bagian bawah. Bagian dalam dari bagian bawah usus juga bisa diperiksa dengan anaskopi, sigmoidoskopi atau kolonoskopi.
Bila pemeriksaan-pemeriksaan tersebut tidak berhasil menunjukan sumber perdarahan, bisa dilakukan angiografi atau skening setelah penyuntikan sel darah merah radioaktif. Cara ini terutama berguna untuk menyembuhkan perdarahan yang disebabkan oleh kelainan pada pembuluh darahnya.
Pengobatan Pada lebih dari 80% penderita, tubuh akan berusaha menghentikan perdarahan. Penderita yang terus menerus mengalami perdarahan atau yang memiliki gejala kehilangan darah yang jelas, seringkali harus dirawat di rumah sakit dan biasanya dirawat di unit perawatan intensif.
Bila darah hilang dalam jumlah besar, mungkin dibutuhkan transfusi. Untuk menghindari kelebihan cairan dalam pembuluh darah, biasanya lebih sering diberikan transfusi sel darah merah (PRC/Packed Red Cell) daripada transfusi darah utuh (whole blood). Setelah volume darah kembali normal, penderita dipantau secara ketat untuk mencari tanda-tanda perdarahan yang berlanjut, seperti peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah atau kehilangan darah melalui mulut atau anus.
Perdarahan dari vena varikosa pada kerongkongan bagian bawah dapat diobati dengan beberapa cara. Diantaranya dengan memasukkan balon kateter melalui mulut ke dalam kerongkongan dan mengembangkan balon tersebut untuk menekan daerah yang berdarah. Cara lain ialah dengan menyuntikan bahan iritatif ke dalam pembuluh yang mengalami perdarahan, sehingga terjadi peradangan dan pembentukan jaringan parut pada pembuluh balik (vena) tersebut.
Perdarahan pada lambung sering dapat dihentikan melalui endoskopi. Dilakukan kauterisasi pembuluh yang mengalami perdarahan dengan arus listrik atau penyuntikan bahan yang menyebabkan penggumpalan di dalam pembuluh darah. Bila cara ini gagal, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Perdarahan pada usus bagian bawah biasanya tidak memerlukan penanganan darurat. Tetapi bila diperlukan, bisa dilakukan prosedur endoskopi atau pembedahan perut. Kadang-kadang lokasi perdarahan tidak dapat ditentukan dengan tepat, sehingga sebagian dari usus mungkin perlu diangkat.
A. PENGERTIAN Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan perut dan kontraksi. (C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468) Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita terutama karena perbedaan panjangnya uretra. (C. Long , Barbara;1996 hal 338)
B. PENYEBAB Striktur uretra dapat terjadi secara: a. Kongenital Striktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan anomali saluran kemih yang lain. b. Didapat. • Cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi transuretral, kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi) • Cedera akibat peregangan • Cedera akibat kecelakaan • Uretritis gonorheal yang tidak ditangani • Infeksi • Spasmus otot • Tekanan dai luar misalnya pertumbuhan tumor (C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468 dan C. Long , Barbara;1996 hal 338)
C. MANIFESTASI KLINIS • Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang • Gejala infeksi • Retensi urinarius • Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis (C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)
Derajat penyempitan uretra: a. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen. b. Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra. c. Berat: oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra. Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis. (Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 )
D. PENCEGAHAN Elemen penting dalam pencegahan adalah menangani infeksi uretral dengan tepat. Pemakaian kateter uretral untuk drainase dalam waktu lama harus dihindari dan perawatan menyeluruh harus dilakukan pada setiap jenis alat uretral termasuk kateter. (C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)
E. PENATALAKSANAAN a. Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan kateter b. Medika mentosa Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri. Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi. c. Pembedahan • Sistostomi suprapubis • Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati. • Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau otis/sachse. Otis dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jika striktur belum total. Jika lebih berat dengan pisau sachse secara visual. • Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa pemotonganjaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih baik. (Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria. b. Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli. c. BUN/kreatin : meningkat d. Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui panjangnya penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto) uretrografi. e. Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi f. Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra (Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
G. PENGKAJIAN 1. Sirkulasi Tanda: peningkatan TD ( efek pembesaran ginjal) 2. Eliminasi Gejala: penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap, dorongan dan frekurnsi berkemih Tanda: adanya masa/sumbatan pada uretra 3. Makanan dan cairan Gejala; anoreksia;mual muntah, penurunan berat badan 4. Nyeri/kenyamanan Nyeri suprapubik 5. Keamanan : demam 6. Penyuluhan/pembelajaran
(Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL 1. Nyeri b.d insisi bedah sitostomi suprapubik Tujuan : nyeri berkurang/ hilang Kriteria hasil: a. Melaporkan penurunan nyeri b. Ekspresi wajah dan posisi tubuh terlihat relaks Intervensi: • Kaji sifat, intensitas, lokasi, lama dan faktor pencetus dan penghilang nyeri • Kaji tanda nonverbal nyeri ( gelisah, kening berkerut, mengatupkan rahang, peningkatan TD) • Berikan pilihan tindakan rasa nyaman Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman Ajarkan tehnik relaksasi dan bantu bimbingan imajinasi • Dokumentasikan dan observasi efek dari obat yang diinginkan dan efek sampingnya • Secara intermiten irigasi kateter uretra/suprapubis sesuaiadvis, gunakan salin normal steril dan spuit steril Masukkan cairan perlahan-lahan, jangan terlalu kuat. Lanjutkan irigasi sampai urin jernih tidak ada bekuan. • Jika tindakan gagal untuk mengurangi nyeri, konsultasikan dengan dokter untuk penggantian dosis atau interval obat.
2. Perubahan pola eliminasi perkemihan b.d sitostomi suprapubik Kriteria hasil: a. kateter tetap paten pada tempatnya b. Bekuan irigasi keluar dari dinding kandung kemih dan tidak menyumbat aliran darah melalui kateter c. Irigasi dikembalikan melalui aliran keluar tanpa retensi d. Haluaran urin melebihi 30 ml/jam e. Berkemih tanpa aliran berlebihan atau bila retensi dihilangkan Intervensi: • Kaji uretra dan atau kateter suprapubis terhadap kepatenan • Kaji warna, karakter dan aliran urin serta adanya bekuan melalui kateter tiap 2 jam • Catat jumlah irigan dan haluaran urin, kurangi irigan dengan haluaran , laporkan retensi dan haluaran urin <30 ml/jam • Beritahu dokter jika terjadi sumbatan komplet pada kateter untuk menghilangkan bekuan • Pertahankan irigasi kandung kemih kontinu sesuai instruksi • Gunakan salin normal steril untuk irigasi • Pertahankan tehnik steril • Masukkan larutan irigasi melalui lubang yang terkecil dari kateter • Atur aliran larutan pada 40-60 tetes/menit atau untuk mempertahankan urin jernih • Kaji dengan sering lubang aliran terhadap kepatenan • Berikan 2000-2500 ml cairan oral/hari kecuali dikontraindikasikan
3. Resiko terhadap infeksi b.d adanya kateter suprapubik, insisi bedah sitostomi suprapubik Tujuan: tidak terjadi infeksi Hasil yang diharapkan: a. Suhu tubuh pasien dalam batas normal b. Insisi bedah kering, tidak terjadi infeksi c. Berkemih dengan urin jernih tanpa kesulitan Intervensi: • Periksa suhu setiap 4 jam dan laporkan jikadiatas 38,5 derajat C • Perhatikan karakter urin, laporkan bila keruh dan bau busuk • Kaji luka insisi adanya nyeri, kemerahan, bengkak, adanya kebocoran urin, tiap 4 jam sekali • Ganti balutan dengan menggunakan tehnik steril • Pertahankan sistem drainase gravitas tertutup • Pantau dan laporkan tanda dan gejala infeksi saluran perkemihan • Pantau dan laporkan jika terjadi kemerahan, bengkak, nyeri atau adanya kebocoran di sekitar kateter suprapubis. (M. Tucker, Martin;1998)
DAFTAR PUSTAKA :
1. Wim de, Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997
2. Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Bandung, Yayasan IAPK pajajaran, 1996
3. M. Tucker, Martin, Standart Perawatan Pasien : Proses keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, Edisi V, Volume 3, Jakarta, EGC,1998
4. Susanne, C Smelzer, Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &Suddart) , Edisi VIII, Volume 2, Jakarta, EGC, 2002
5. Basuki B. purnomo, Dasar-Dasar Urologi, Malang, Fakultas kedokteran Brawijaya, 2000
6. Doenges E. Marilynn, Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta. EGC. 2000
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.
Penyebab
Peritonitis biasanya disebabkan oleh :
Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu atau usus buntu. Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi. Jika pemaparan tidak berlangsung terus menerus, tidak akan terjadi peritonitis, dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila diobati.
Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual
Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonore dan infeksi chlamidia) Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut (asites) dan mengalami infeksi
Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk menyambungkan bagian usus.
Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan peritonitis.
Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di dalam perut.
Iritasi tanpa infeksi. Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau bubuk bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa infeksi.
Gejala
Gejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran infeksinya. Biasanya penderita muntah, demam tinggi dan merasakan nyeri tumpul di perutnya. Bisa terbentuk satu atau beberapa abses.
Infeksi dapat meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang akhirnya bisa menyumbat usus.
Bila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi bisa berkembang dengan cepat. Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan cairan tertahan di usus halus dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam rongga peritoneum. Terjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elektrolit. Selanjutnya bisa terjadi komplikasi utama, seperti kegagalan paru-paru, ginjal atau hati dan bekuan darah yang menyebar.
Diagnosa
Foto rontgen diambil dalam posisi berbaring dan berdiri. Gas bebas yang terdapat dalam perut dapat terlihat pada foto rontgen dan merupakan petunjuk adanya perforasi. Kadang-kadang sebuah jarum digunakan untuk mengeluarkan cairan dari rongga perut, yang akan diperiksa di laboratorium, untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi dan memeriksa kepekaannya terhadap berbagai antibiotika. Pembedahan eksplorasi merupakan teknik diagnostik yang paling dapat dipercaya.
Pengobatan
Biasanya yang pertama dilakukan adalah pembedahan eksplorasi darurat, terutama bila terdapat apendisitis, ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau divertikulitis. Pada peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit radang panggul pada wanita, pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan.
Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam antibiotik diberikan bersamaan. Cairan dan elektrolit bisa diberikan melalui infus
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin, 2001 : 480).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada manifestasi bakteri pada saluran kemih (Engram, 1998 : 121).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus/mikroorganisme lain.
Etiologi
Organisme penyebab infeksi tractus urinarius yang paling sering ditemukan adalah Eschericia coli, (80% kasus). E.Coli merupakan penghuni normal dari kolon. Organisme-organisme lain yang juda dapat menyebabkan infeksi saluran perkemihan adalah : Golongan Proteus, Klebsiela, Pseudomonas, Enterokokus dan Staphylokokus.
ISK uncomplicated (simple)
ISK yang sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik anatomi maupun fungsionil normal. ISK sederhana ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung kemih. Penyebab kuman tersering (90%) adalah E.Coli
ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotik, sering terjadi bakteriemia, sepsis, dan syok. Penyebab kuman pada ISK complicated adalah Pseudomonas, Proteus dan Klebsiela.
ISK complicated terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu (pada usia lanjut kemungkinan terjadinya batu, lebih besar dari pada usia muda). Refleks vesiko urethral obstruksi paraplegi, atoni kandung kemih, kateter kandung kemih menetap, serta prostatitis menahun.
Kelainan faal ginjal, bail gagal ginjal akut (GGA) maunpun gagal ginjal kronis (GGK).
Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK. Mikroorganisme yang paling sering adalah bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama pada wnaita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin kurang pada organ yang mendekati kandung kemih. Selain bakteri aerob, ISK juga dapat disebabkan oleg virus, ragi dan jamur.
Penyebab terbanyak adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari Gram negatif ternyata E.Coli menduduki tempat teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter, dan Pseudomonas.
Jenis kokus Gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococcus dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hipertrofi prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter. Bila ditemukan Staphylococcus aureus dalam urin harus dicurigai adanya infeksi hematogen melalui ginjal. Demikian juga Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi Salmonella pada urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui jalur hematogen ialah Brusella, Nokardia, Actinomyces dan Mycobacterium tuberculosae.
Virus juga sering ditemukan pada urin tanpa ada gejala ISK akut. Adenovirus tipe 11 dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis hematpragik. Sistitis hemoragik dapat juga disebabkan oleh schistosoma hematobim yang termasuk golongan cacing pipih. Candida merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien dengan kateter, pasien DM atau yang mendapat pengobatan dengan antibiotik spektrum luas. Candida yang paling sering ialah Candida albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen.
Manifestasi Klinis
Infeksi bakteri ke gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala. Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria dan terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan. Nyeri suprapubik dan daerah pelvis juga ditemukan. Polakisuria terjadi akibat kandung kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500 ml karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Stranguria, tenesmus, nokturia, sering juga ditemukan enuresis nokturnal sekunder, prostatismus, nyeri uretra, kolik ureter dan ginjal.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut:
Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasnaya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik.
Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang
ISK yang bergejala, gejala pada masing-masing orang tidak sama. Gejalanya antara lain:
Sakit di perut bagian bawah, diatas tulang kemaluan
Kencing sakit terutama pada akhir kencing
Anyang-anyangan atau kencing tidak tuntas dan rasa masih ingin kencing lagi walaupun bila dicoba untuk berkemih tidak ada air kemih yang keluar.
Sering berkemih
Jika infeksi sudah berlanjut, bisa demam
ISK yang tak bergejala terhitung lebih berbahaya, karena tanpa disadari, penyakit tersebut akan menggerogoti terus-menerus. Jadi, orang yang bersnagkutan terinfeksi tetapi dia tidak tahu dan biasanya malah menjadi kronis.
Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam slauran kemih dapat melalui :
Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi tersebut.
Hematogen
Linfogen
Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistiskopi
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan asending, tetapi dari kedua cara ini asendinglah yang paling sering terjadi. Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Infeksi asending dapat terjadi mulai dari kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina, masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan kandung kemih kemudian naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
Pada kebanyakan kasus organisme penyebab dapat mencapai kandung kemih melalui uretra.infeksi ini sebagai sistisis, dapat terbatas di kandung kemih saja/dapat merambat ke atas melalui uretra ke ginjal. Organisme juga dapat sampai ke ginjal atau melalui darah/getah bening, tetapi ini jarang terjadi. Tekanan dari kandung kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sampai menyerang mukosa.
Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih mengakibatkan penimbunan cairan, bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini dapat mennyebabkan atrofi hebat pada parenkim ginjal/hidronefrosis. Di samping itu obstruksi yang terjadi di bawah kandung kemih sering disertai refluk vesiko ureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut ginjal dan uretra, batu saluran kemih, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan kongenital pada leher kandung kemih dan uretra serta penyempitan uretra.
Penatalaksanaan
Pasien dianjurkan banyak minum agar diuresis meningkat, diberikan obat yang menyebabkan suasan urin alkali jika terdapat disuria berat dan diberikan antibiotik yang sesuai. Biasanya ditujukan untuk bakteri Gram-negatif dan obat tersebut harus tinggi konsentrasinya dalam urin. Wanita dengan bakteriuria asimtomatik atau gelaja ISK bagian bawah cukup diobati dengan dosis tunggal atau selama 5 hari. Kemudian dilakukan pemeriksaan urin porsi tengah seminggu kemudian, jika masih positif harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pada pria, kemungkinan terdapat kelainan saluran kemih lebih besar, sehingga sebaiknya diberikan terapi antibiotik selama 5 hari, bukan dosis tunggal dan diadakan pemeriksaan lebih lanjut. Terdapat 2 jenis ISK rekuren. Yang paling sering adalah kuman baru pada setiap serangan, biasanya pada wanita dengan gejala sistitis akut rekuren atau pasien dengan kelainan anatomi.
Pasien diminta banyak minum agar sering berkemih dan dianjurkan untuk minum antibiotik segera setelah berhubungan intim. Pada kasus sulit dapat diberikan profilaksis dosis rendah sebelum tidur setiap malam, misalnya nitro furantoin, trimetroprim dan sulfametoksazol, biasanya 3-6 bulan.
Jenis kedua adalah dimana infeksi terjadi persisten dengan kuman yang sama. Di luar kemungkinan resistensi kuman ini biasanya merupakan tanda terdapat infeksi seperti batu atau kista. Biasanya dibutuhkan antibiotik jangka panjang.
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis
Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah ISK dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit / lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment air kemih. Adanya leukosit silinder pada sedimen urin menunjukan ada keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi
Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10 eritrosit / LPB sediment urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan gromerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal atau nekrosis papilaris.
Tes Plat-Celup (Dip-Slide)
Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan di genangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali kedalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman semalaman pada suhu 37oC. Penentuan jumlah kuman/ml dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman anatar 1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi jenis kuman dna kepekaannya tidak dapat diketahui.
Bakteriologis
Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa dipoutar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif apabila dijumpai bakteri/lapang pandang minyak emersi.
Biakan bakteri
Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpailebih dari 100.000 – 1000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7 % dan spesifisitas 99,1 % untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak,infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.
Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan yang merupakan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Dapat berupa pielografi intravena (IVP), ultrasonografi dan CT-scanning.
Komplikasi
Pielonefritis akut
Epttikemia
Infeksi ginjal
Pada umumnya faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan infeksi slauran kemih adalah :
Wanita cenderung mudah tersrang dibandingkan dengan laki-laki
Faktor-faktor postulasi dari tingkat yang tinggi terdiri dari urethra dekat kepada rektum dan kurang proteksi sekresi prostat dibandingkan dengan pria
Abnormalitas struktural dan fungsional
Mekanisme yang berhubungan termasuk statis urine yang merupakan medai untuk kultur bakteri, refluks urine yang infeksi lebih tinggi pada saluran kemih dan peningkatan tekanan hidrostatik
Contoh : strikur, anomali ketidak sempurnaan hubungan uretero vesicalis
Contoh : Malformasi sum-sum tulang belakang kongenital, multiple sklerosis
Penyakit kronis
Contoh : Gout, DM, hipertensi, penyakit sickle cell
Instrumesntasi
Contoh : prosedur kateterisasi
Penggunaan fenasetin secara terus menerus dan tidak pada tempatnya
Pencegahan
Ada beberapa upaya yang dapat anda lakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih ini, antara lain :
Munumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih sehari).
Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.
Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran dari dubur tidak masuk ke salam saluran kemih.
Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut akan dpaat segera diketahui apakah anda terinfeksi atau tidak
Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil
Perempuan lebih rentan terinfeksi saluran kemih. Kenapa? Penyebabnya adalah saluran uretra (saluran yang menghubungkan kantong kemih ke lingkungan luar tubuh) perempuan lebih pendek (sekitar 3-5 cm). Berbeda dengan uretra pria yang panjang, sepanjang penisnya, sehingga kuman sulit masuk.
Berikut faktor risiko yang membuat seseorang bisa terkena ISK:
Salah cebok. Kurang menjaga kebersihan dan kesehatan daerah seputar saluran kencing, bisa memicu ISK. Apalagi dengan cara cebok seperti iniu sama saja menarik kotoran ke daerah vagina atau saluran kencing.
Kebiasaan menahan kencing. Pada perempuan, jika menahan kencing, uretra jadi semakin pendek dan memungkinkan kuman masuk ke dalam saluarn kencing. Sedangkan pada pria , meski dia menahan kencing, uretranya tetap panjang.
Tidak kencing sebelum melakukan hubungan seks. “Hal ini menyebabkan uretra penuh. Jika uretranya pendek, terkena gesekan saat berhubungan seks, bisa menyebabkan kuman-kuman gampang terdorong masuk ke saluran kencing dan mengakibatkan infeksi yang disebut sistitis, jelas Sugi. Hal ini banyak terjadi pada pasangan yang baru menikah, karena itu disebut honeymooners cystitis. Keluhannya seperti kencing skait dan anyang-anyangan
Penyakit kelamin. Yaitu berhubungan seksual dengan orang yang punya penyakit kelamin seperti penyakit kencing nanah. Hal ini akan menyebabkan infeksi pada uretra dna menghasilkan nanah. Karena itu disebut kencing nanah. Kadang-kadang pada perempuan tidak terlihat gejalanya, tidak seperti pada pria. Pada pria 3-4 hari setelah terkena penyakit kelamin, gejalanya bisa terasa dan terlihat, seperti sakit dan mengeluarkan nanah. Karena itu pria yang terkena penyakit kelamin bisa cepat berobat.
Batu di daerah saluran kencing. Keberadaan batu di saluran kencing bisa menjadi fokus infeksi dan menyebabkan infeksi berulang. “Misalnya ada infeksi berulang pada slauran kencing, kemungkinan disebabkan adanya infeksi di batu di saluran kencing. Batu tersebut dan bisa menjadi sumber infeksi dan sumber kuman.
Keperawatan ISK
Pengkajian
Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko :
Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya
Obstruksi pada saluran kemih
Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
Pemasangan kateter foley
Imobilisasi dalam waktu yang lama
Inkontinensia
Kaji manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih
Dorongan
Frekuensi
Disuria
Bau urine yang menyengat
Nyeri biasanya pada suprapubik pada ISK bawah dan sakit pada panggul pada ISK atas (perkusi daerah kostovertebra untuk mengkaji nyeri tekan panggul)
Pemeriksaan diagnostik
Urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel darah merah dnegan keterlibatan ginjal
Tes bakteri bersalut antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi diindikasikan pada pielonefritis
Sinar X ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata
Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur
Kaji perasaan-perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan. Terutama pada wanita sering berfokus pada rasa takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas seksual.
Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilan kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari
Diagnosa Keperawatan
Perubahan pola eliminasi BAK : retensi urine berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekunder terhadap struktur
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan peningkatan permeabilitas membran, peradangan saluran kemih
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual dan muntah
Resti infeksi berhubungan dengan prosedur invasif pemasangan kateter, retensi urin.
Intervensi Keperawatan
1.Perubahan pola eliminasi BAK : retensi urine berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekunder terhadap struktur Pola eliminasi kembali normal
Kriteria:
Pasien tidak BAK sesuai kebiasaannya
Tidak ada keluhan sakit dan panas pada saat BAK
BAK terkontrol Mandiri
Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine
Tntukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi
Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
Kolaborasi :
Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas
Berikan obat sesuai indikasi : antibiotik
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi contoh infeksi dan perdarahan. Perdarahan dapat mengindikasikan peningkatan obstruksi atau iritasi ureter
Catatan: perdarahan sehubungan dengan ulserasi ureter jarang
Kalkulus dapat menyebabkan sensadi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila kalkulus mendekati pertemuan uretrovesikal
Retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan kandung kemih dan potensial risiko infeksi, gagal ginjal
Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP
Menentukan adanya ISK, yang penyebab/komplikasi
Adanya ISK/alkalin urine potensial pembentukan batu2Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan peningkatan permeabilitas membran, peradangan saluran kemihTujuan : Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol
Kriteria hasil : tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi daerah panggulMandiri
Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non-verbal, contoh peninggian TD dan nadi, gelisah, merintih, dan mengelepar
Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkelmih
Jika frekuensi menjadi masalah, jamin akses ke kamar mandi, pispot tempat tidur. Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja ada keinginan
Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat
Kolaborasi :
Berikan analgetik sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Berikan antibiotik, buat bervariasi sediaan minum, termasuk air segar di samping tempat tidur dan pemberian air sampai 2400 ml/hari
Berikan narkotik sesuai indikasi, contoh: meperidin (Demerol), morfin
Berikan kompres hangat pada punggung
Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genetalia sehubungan dengan proksimitas saraf pleksus dan pembuluh darah yang menyuplai area lain.
Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat mencetuskan ketakutan, gelisah, ansietas berat.
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
Berkemih yang sering pada kandung kemih dan mengindari pertumbuhan bakteri
Meningkatkan relaksasi, menurnkan tegangan otot, dan meningkatkan koping
Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri
Akibat dari peningkatan haluaran urine memudahkan berkemih seirng dan membantu membilas saluran perkemihan
Biasanya diberikan selama periode akut untuk menurunkan kolik uretal dan meningkatkan relaksasi otot/mental
Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan reflek spasme3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual dan muntah
intervensi
Kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari, perhatikan tingkat energi, kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan/anoreksia
Timbang BB setiap hari dan bandingkan dengan BB saat penerimaan
Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat.
Perhatikan adanya mual/muntah
Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam perencanaan menu
Berikan makan sedikit dan frekuensi sering
Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
Berikan perawatam mulut sering
Kolaborasi :
Rujuk ke ahli gizi
Berikan diet tinggi karbohidrat yang meliputi protein kualitas tinggi dan asam amino esensial dengan pembatasan natrium/kalium sesuai indikasi
Masukkan/pertahankan selang masogastrik sesuai indikasi
Memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal/dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi
Membuat data dasar, membantu dalam memantau keefktifan aturan terapeutik, dan menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan kecenderungan dalam penurunan/penambahan BB
Mengidentifikasi ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual
Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah/menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
Dapat meningkatkan pemasukan oral dan meningkatkan perasan kontrol/tanggung jawab
Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan
Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial makan
Menurunkan ketidaknyamanan stomastitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan
Berguna untuk program diet individu untuk memenuhi kebutuhan budaya/pola hidup meningkatkan kerjasama pasien
Memberikan nutrien cukup untuk memperbaiki energi, mencegah penggunaan otot, meningkatkan regenerasi jaringan/penyembuhan, dan keseimbangan elektrolit
Menurunkan stimulasi pada pusat muntah
Perlu bila terjadi muntah menetap atau bila makan enteral diinginkan4Resti infeksi berhubungan dengan prosedur invasif pemasangan kateter, retensi urinTujuan : tidak mengalami tanda/gejala infeksi.
Kriteria hasil : berkemih dengan urin jernih tanpa ketidaknyaman, urinalisis dalam batas normal, kultur urin menunjukkan tak ada bakteriMandiri :
Berikan perawtaan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien inkontinensia, cuci daerah perineal sesegera mungkin
Jika dipasang kateter berikan perawatan kateter 2 kali/hari (merupakan bagian dari waktu akan tidur dan setelah buang air besar)
Ikuti kewaspadaan umum : cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung, pemakaian sarung tangan/kontal dengan cairan tubuh atau darah
Kecuali dikonraindikasikan ubah posisi pasien setiap dua jam dan anjurkan masukan cairan sekurang-kurangnya 2400 ml/hari. Bantu melakukan ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Kolaborasi
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine :
Tingkatkan masukan sari buah berri
Berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urine
Untuk mencegah kontaminasi uretra
kteter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan
Untuk mencegah kontaminasi silang
Untuk mencegah statis urine
Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman. Karena jumlah sari buah berri diperlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman urine. Peningkatan masukan cairan sari buah dapat berpengaruh dalam pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E, Marylin. 2000. “Rencana Asuhan Keperawatan”, edisi 3 : Jakarta : EGC
Price, Wilson. 1994. “Patofisiologi”, Edisi 4: Jakarta : EGC
Suyono, Slamet. 2001. “Ilmu Penyakit Dalam”, edisi 3: Jakarta : Balai Penerbit FKUI.